Terletak persis di jantung semenanjung Kepala Burung, ujung barat daya West Papua (lihat peta di bawah), Maybrat kerap kali tersembunyi dari pengamatan karena terpencil, kurang diberitakan dan ada ilusi kedamaian. Pascaperluasan militer di wilayah tersebut, Maybrat menjadi titik konflik antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Briefing ini menunjukkan faktor-faktor pemicu konflik terkini di Maybrat, khususnya militerisasi dan perebutan sumber daya alam. Konflik itu telah meningkatkan ketegangan terutama di dua distrik di Maybrat, tempat terjadinya serangan terhadap pos persiapan koramil yang diduga dilakukan oleh TPNPB, dan penganiayaan terhadap mereka yang dituduh terlibat dalam penyerangan, termasuk di antaranya anak-anak. Mereka yang dituduh terlibat penyerangan kemudian dipindahkan, menjalani proses peradilan, dan ditahan di wilayah lain. Para pembela hak asasi manusia (HAM) yang terlibat dalam pembelaan enam tersangka juga mengalami ketidakadilan. Ini cerita tentang serangan Kisor, kriminalisasi terhadap anak bernama LK, Sorong 6 dan kasus Leo Idjie. Tapi ada banyak hal yang luas sampai kejadian sekerang dan situasi sedang di Maybrat membuat Provinsi Papua Barat semakin mirip dengan situasi di sebagian besar wilayah West Papua akhir-akhir ini. Briefing ini akan berfokus pada situasi di Provinsi Papua Barat dalam beberapa tahun terakhir, menyoroti substansi dan penyebab meningkatnya insiden. Baca selangkapnya.
Militerisasi, konflik, dan ketidakadilan di Kabupaten Maybrat, Papua Barat
17 Februari, 2022