243 orang tewas di West Papua: masyarakat internasional harus menyerukan investigasi yang tidak memihak dan mengakhiri operasi pasukan keamanan.

12 Feb 2020
By: 
TAPOL

TAPOL sangat prihatin dengan laporan bahwa operasi militer Indonesia di Kabupaten Nduga, West Papua, telah merenggut nyawa 243 orang, 45 persen di antaranya adalah anak-anak, dalam kurun waktu 4 Desember 2018 dan 8 Februari 2019. Ratusan warga sipil meninggalkan rumah mereka pada tanggal 4 Desember 2018 ketika sebuah operasi gabungan polisi dan militer melancarkan serangan ke desa-desa di distrik Mbuwa, Kabupaten Nduga, sebagai 'pembalasan' atas pembunuhan 18 pekerja pembangunan jalan dua hari sebelumnya oleh pejuang kemerdekaan West Papua, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dipimpin oleh Egianus Kogeya. Data dikumpulkan oleh organisasi masyarakat sipil West Papua, Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP).

Menurut keterangan saksi mata, pasukan keamanan menggunakan empat helikopter dalam operasi itu, tiga di antaranya terbang rendah di atas Mbuwa, menghujani penduduk desa dengan tembakan senapan mesin. Helikopter juga dilaporkan telah menjatuhkan 7 bom di daerah tersebut.

Dalam proses investigasi, tim evakuasi mewawancarai keluarga korban kekerasan yang mencoba mengungsi keluar dari daerah tersebut. Nison Umangge, seorang siswa sekolah menengah atas, lari menyelamatkan diri ketika mendengar serangan dimulai pada dini hari tanggal 4 Desember. Mayatnya ditemukan sekitar 9 hari kemudian tidak jauh dari rumahnya dalam keadaan mulai membusuk. Pada hari berikutnya, mayat Mianus Elokbere ditemukan di desa Otalama. Menurut seorang imam yang tidak ingin disebutkan namanya, Elokbere sempat mencari perlindungan di gerejanya, tetapi dia lari ketika mendengar suara helikopter, malah kemudian menjadi sasaran dan dibunuh.

Operasi pada tanggal 4 Desember disusul oleh beberapa operasi gabungan polisi dan militer, yang diduga bertujuan memburu gerilyawan TPNPB. Namun, saksi mata mengatakan kepada tim evakuasi bahwa militer berniat membalas dendam kepada penduduk desa atas pembunuhan para pekerja konstruksi jalan.

Operasi gabungan militer dan polisi yang berikutnya menyebabkan ratusan orang melarikan diri meninggalkan rumah mereka, yang banyak dihancurkan oleh pasukan keamanan. Akibatnya, ratusan orang lagi meninggal saat dalam pengungsian karena kekurangan makanan, air bersih dan karena penyakit.

Kami menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menyetujui adanya investigasi yang dilakukan dan diawasi oleh komunitas internasional untuk menyelidiki kematian warga sipil ini. Kami selanjutnya menyerukan untuk segera menghentikan semua operasi militer di Nduga sampai ada hasil dari investigasi tersebut.

Tagged: West Papua